Pages

Sunday, 5 June 2016

Makalah Karakteristik Unsur Dakwah

I. PENDAHULUAN

Secara etimologis, kata “dakwah” berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti: panggilan, ajakan, dan seruan. Sedangkan dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah adalah bentuk dari isim masdar yang berasal dari kata kerja  دعى-يدعو-دعوةartinya : menyeru, memanggil, mengajak.
Dalam kamus bahasa Indonesia arti kata berdakwah merupakan  penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama, dan dalam pengertian yang integralistik dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasarandakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju perikehidupan yang Islami. oleh karena itu diperlukan unsur-unsur penting dalam berdakwah dan mendakwahi masyarakat sehingga menghasilkan perubahan sikap bagi orang yang diseru atau diajak. Dan didalam suatu unsur dakwah ada juga karakteristiknya, dan harus dipahami secara mendalam agar dalam berdakwah mendapatkan hasil yang maksimal.[1]

A. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari karakteristik ?
2.  Apa saja karakteristik unsur-unsur dakwah ?

II. PEMBAHASAN
A.Pengertian
Istilah karakteristik diambil dari bahasa Inggris yakni characteristic, yang artinyamengandung sifat khas. Ia mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu. Dalam kamus lengkap psikologi karya Chaplin, dijelaskan bahwa karakteristik merupakan sinonim dari kata karakter, watak, dan sifat yang memiliki pengertian di antaranya:
v  Suatu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek, suatu kejadian.
v  Intergrasi atau sintese dari sifat-sifat individual dalam bentuk suatu untas atau kesatuan.
v  Kepribadian seeorang, dipertimbangkan dari titik pandangan etis atau moral.
Jadi di antara pengertian-pengertian di atas sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Chaplin, dapat disimpulkan bahwa karakteristik itu adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.[2]
B.     Unsur-Unsur Dakwah
Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan kemunduran umat Islam berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya. Semakin gencar dan tepat dakwah itu disampaikan, maka akan semakin baik pula hasilnya.[3]
Ketepatan dan keberhasilan dakwah akan dapat terwujud dengan baik apabila unsur-unsur dakwah terpenuhi dengan baik. Adapun unsur-unsur tersebut adalah da’I ( subjek dakwah ), mad’u ( objek dakwah ), maddah ( materi dakwah ), wasilah ( media dakwah ), thoriqoh ( metode dakwah ), atsar ( efek dakwah ).

a)      Da’i  ( subjek dakwah )
Yang di maksud da’i adalah orang yang melaksanakan tugas berdakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga.
Juru dakwah menurut A. Hasjmy dalam bukunya Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an adalah para penasehat, para pemimpin, dan pemberi ingat yang memberi nasihat dengan baik, mengarang dan berkhutbah, memusatkan jiwa raganya dalam wa’ad dan wa’id (berita pahala dan berita siksaan) dan dalam membicarakan tentang kampung akhirat untuk melepaskan orang-orang yang karam dalam gelmbang dunia.[4]
Dan adapun sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh da’I secara umum berpedoman dari pada ahli diantaranya adalah yang dikemukakan oleh Syekh Ali Mahfud menurutnya ada beberapa yang harus dimiliki oleh da’I diantaranya:
v  Da’I harus berilmu dengan ilmu al-qur’an.
v  Mengamalkan ilmunya seta selaras antara perkataan dan perbuatan
v  Penyantun dan berlapang dada dari sinilah merupakan alat pembuka hati yang akan memberikan daya untuk mnghilangkan penyakit-penyakit hati.
v  Keberanian dalam bertindak membela kebenaran .
v  Bersih tidak silau terhadap apapun yang ada didepan atau ditangan orang lain.
v  Berilmu dengan keadaan umat yang akan dihadapinya.

b)      Mad’u ( Objek Dakwah)
Unsur dakwah yang kedua adalah mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.
Dalam proses pelaksanaan dakwah mad’udapat bersifat individu atau kolektif. Individu karena memang tujuan dakwah adalah mengajak dan mendorong manusia seper-orangan untuk mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari agar memperoleh kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Bersifat kolektif karena dakwah juga bertujuan untuk membentuk tatanan kehidupan masyarakat yang bersendikan Islam. Masyarakat Islam tidak hanya terbentuk manakala tidak didukung oleh anggota yang tidak Islami, demikian pula sebaliknya, individu yang Islami tidak akan terbentuk di dalam masyarakat yang tidak menghargai islam (Aris Saefullah, 2003: 48)[5]

c)      Maddah (Materi Dakwah)
Unsur lain selalu ada dalam proses dakwah maddah atau materi dakwah. Maddah dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i pada mad’u. dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam yang dijadikan maddah dakwah itu pada garis besarnya dapat di kelompokkan sebagai berikut:
v  Masalah Akidah (keimanan)
Aspek akidah adalah yang akan membentuk moral (akhlak)manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah masalah aqidah atau keimanan.
Orang yang memiliki iman yang benar (hakiki) akan cenderung untuk berbuat baik dan akan menjauhi perbuatan jahat, karena perbuatan jahat akan berkonsekuensi pada hal-hal yang buruk. Iman inilah yang berkaitan dengan dakwah Islam dimana amar ma’ruf nahi mungkar dikembangkan yang kemudian menjadi tujuan utama dari suatu proses dakwah.
v  Masalah Syari’ah
Materi dakwah yang bersifat syari’ah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam. Disamping mengandung dan mencakup kemaslahatan sosial dan moral, materi dakwah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang benar dan kejadian secara cermat terhadap hujjah atau dalil-dalil dalam melihat persoalan pembaruan, sehingga umat tidak terperosok kedalam kejelekan, karena yang diinginkan dalam dakwah adalah kebaikan.
v  Masalah Muamalah
Islam merupakan agama yang menekankan urusan muamalahlebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Ibadah dalam muamalahdisini diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT. Statement ini dapat dipahami dengan alasan :
a)      Dalam al-Qur’an dan al-Hadits mencakup proporsi terbesar sumber hukum yang berkaitan dengan urusan muamalah.
b)      Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perorangan.
v  Masalah Akhlaq
Secara etimologis, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau tabi’at. Sedangkan secara terminologi, pembahasan akhlaqberkaitan dengan masalah tabi’at atau kondisi temperature batin yang mempengaruhi perilaku manusia.
Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlaq dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaannya. Islam mengajarkan kepada manusia agar berbuat baik dengan ukuran yang bersumber dari Allah SWT. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa apa yang menjadi sifat Allah SWT, pasti dinilai baik oleh manusia sehingga harus dipraktikkan dalam perilaku sehari-hari.

d)     Wasilah (Media Dakwah)
Unsur dakwah yang keempat adalah wasilah (media) dakwah, yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u.
Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah. Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu sebagai berikut :
v  Lisan, inilah wasilah dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan wasilah ini dapat membentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.
v  Tulisan, buku majalah, surat kabar, surat menyurat (kores pondensi) spanduk, flash-card, dan sebagainya.
v  Lukisan, gambar, karikatur,dan sebagaiya.
v  Audio visual, yaitu alat dakwah yang merangsang indra pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya, televise, film, slide, ohap, internet, dan sebagainya.
v  Akhlaq, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam dapat dinikmati oleh mad’u.

e)      Thariqoh (Metode Dakwah)
Hal yang sangat erat kaitannya dengan metode wasilah adalah metode dakwah thoriqoh ( metode ) dakwah yaitu, cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’I untuk menyampaikan materi (Wardi Bachtiar ,1997: 33) berdasar surat an-Nahl ayat 125.
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ...........
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah ** dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dia-lah yang lebih Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih Mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (An-Nahl:125)
             Siti Muriah dalam bukunya Metodologi Dakwah Kontemporer menyebutkan bahwa metode dakwah arif untuk diterapkan ada tiga macam yaitu adalah sebagai berikut :
v  Bil Hikmah
Kata Al-Hikmah mempunyai banyak pengertian. Pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahasa maupun pakar al-Qur’an, tidak hanya mencakup pemaknaan ekstensinya saja, akan tetapi juga pemaknaan dalam konsepnya juga, sehingga pemaknaan lebih luas dan bervariasi. Dalam beberapa kamus, kata al-hikmah diartikan ; Al-Adl (keadilan), Al-hilm (kesabaran dan ketabahan), kebijakan, pemikiran atau pendapat yang baik, al-haqq (kebenaran), meletakkan sesuatu pada tempatnya (Asep Muhyiddin, dkk, 2002:79)
Dari beberapa pemaknaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dakwah bil hikmah pada intinya merupakan seruan atau ajakan dengan cara bijak, argumentatif, dilakukan dengan adil, penuh kesabaran dan ketabahan sesuai dengan risalah an-nubuwwah dan ajaran al-Qur’an. Dan menurut Muhammad Husain Yusuf dalam buku Di Balik Strategi Dakwah Rasul yang telah dikutip oleh Asep Muhyiddin mengatakan bahwa dakwah dengan hikmah berarti dakwah yang disesuaikan dengan kadar akal, bahasa, dan lingkungan para pendukungnya (Muhyiddin, 2002:82)[6]
v  Bil Mau’idzah Hasanah
Secara etimologis, mauidzoh merupakan bentukan dari kata wa’adza-ya’idzu-iwa’dzan dan ‘idzata; yang berarti “menasihati dan mengingatkan akibat suatu perbuatan,” berarti juga “menyuruh untuk mentaati dan memberi wasiat agar taat.”
Alhasanah  merupakan lawan dari sayyiat ;maka dapat dipaami bawa mauidza dapat berupa kebaikan, dapat juga kejahatan; hal itu tergantung pada isi yang disampaikan seseorang dalam memberikan nasihat dan anjuran , juga tergantung pada merode yang dipakai pemberi nasihat.
Ali Mustafa Yaqub mengatakan bahwa Mauidzah al Hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik di mana ia dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak audience dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh subyek. [7]
Menurut filosof Tanthawy Jauhari, yang dikutip Faruq Nasution mengatakan bahwa Mauidzah al Hasanah adalah Mauidzah Ilahiyah yaitu upaya apa saja dalam menyeru /mengajak manusia kepada jalan kebaikan (ma yad’u ila al shale) dengan cara rangsangan ,menimbulkan cinta (raghbah) dan rangsangan yang menimbulkan waspada (rahbah).[8]

v  Berdebat (Bil Mujadalah)
Berdebat menurut bahasa berarti berdiskusi atau beradu argumen. Di sini, berarti berusaha untuk menaklukan lawan bicara sehingga seakan ada perlawanan yang sangat kuat terhadap lawan bicara serta usaha untuk mempertahankan argumen dengan gigih.
Secara epistemologis, berdebat sebagaimana didefinisikan para ulama adalah:
  1. Usaha yang dilakukan seseorang dalam mempertahankan argumen untuk menghadapi lawan bicaranya.
  2. Cara yang berhubungan dengan pengukuhan pendapat atau madzhab.
  3. Membandingkan berbagai dalil atau landasan untuk mencari yang paling tepat.

Sebagaimana firman Allah d dalam surat An-Nahl ayat 125 :
وجادلهم باالتي هي أحسن {النحل:125}
 “Debatlah mereka dengan cara yang lebih baik.”

            Melihat berbagai macam perdebatan ini, Al-Quran menyarankan perdebatan yang terbaik sehingga menjadi metode yang dianjurkan, sebagai yang diungkapkan dalam nashnya sebagai salah satu metode dakwah. Metode perdebatan yang baik tersebut merupakan salah satu metode dakwah rasional (nabhaj aqly) adapun bentuknya bias berupa diskusi, tukar pandangan, atau dialog.
Sayyid Qutb menyatakan bahwa dalam menerapkan metode diskusi dengan cara yang baik perlu diperhatikan hal-hal berikut:
  1. Tidak merendahkan pihak lawan, atau menjelek-jelekan, karena tujuan diskusi bukan mencari kemenangan, melainkan memudahkannya agar ia sampai pada kebenaran.
  2. Tujuan diskusi semata-mata untuk menunjukan kebenaran sesuai dengan ajaran Allah.
  3. Tetap menghormati pihak lawan, sebab jiwa manusia tetap memiliki harga diri. Karenanya harus diupayakan ia tidak merasa kalah dalam diskusi dan merasa tetap dihargai dan dihormati.[9]

f)       Efek Dakwah
Setiap aksi dakwah akan menimbulkan reaksi. Atsar (efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering kali dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para da’i.
Dengan demikian penelitian atau evaluasi terhadap penerimaan dakwah ditekankan untuk dapat menjawab sejauh mana ketiga aspek perubahan tersebut yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek behavioral pada penerima dakwah.
v  Efek kognitif
Setelah menerima pesan dakwah, mitra dakwah akan menyerap isi dakwah tersebut melalui proses berfikir, dan efek kognitif ini bisa terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami dan dimengerti oleh mad’u tentang isi pesan yang diterimanya.Aspek kognitif ini amat menentukan aspek-aspek perubahan berikutnya.
v  Efek Efektif
Efek ini adalah merupakan pengaruh dakwah berupa perubahan sikap komunikan ( mitra dakwah) setelah menerima pesan.
Pada tahap atau aspek ini pula menerima dakwah dengan pengertian dan pemikirannya terhadap pesan dakwah yang telah diterimanya akan membuat keputusan untuk menerima atau menolak pesan dakwah.
v  Efek Behavioral
Efek ini merupakan suatu bentuk efek dakwah yang berkenaan dengan pola tingkah laku mitra dakwah dalam merealisasikan materi dakwah yang telah diterima dalam kehidupan sehari- hari. Efek ini muncul setelah melalui proses kognitif dan efektif.
Jadi perbuatan dan perilaku seseorang itu pada hakekatnya adalah perwujudan dari perasaan dan pikirannya.[10]

III. KESIMPULAN
      Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dakwah itu ada enam, diantaranya adalah :
1.      Da’i ( pelaku dakwah)
2.      Mad’u (mitra dakwah)
3.      Maddah ( materi dakwah)
4.      Wasilah ( media dakwah)
5.      Thariqah ( metode dakwah )
6.      Atsar ( efek dakwah)
Dan didalam unsur-unsur tersebut terdapat karakteristik, yaitu sifat-sifat atau ciri-ciri dari masing-masing unsur, yang menjadi acuan kita agar dalam berdakwah menjadi baik sesuai yang diinginkan.

IV. Daftar Pustaka
Faruq Nasution, Aplikasi Dakwah dalam Studi Kemasyarakatan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986)
Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta : Prenada Media, 2004
Sayyid Qutb, fi dhibah al Quran, (Cairo: Dar al Syuruq, 1399 H/1979 M), Jilid IV
Uswatun Khasanah Siti, Berdakwah Dengan Jalan Debat Antara Muslim Dan Non Muslim,Purwokerto : STAIN Purwokerto Press, 2007.


[3]Uswatun, Siti. 2007. Berdakwah dengan jalan debat antara muslim dan non muslim. Purwokerto. Hal 28
[4]Uswatun, Siti. 2007. Berdakwah dengan jalan debat antara muslim dan non muslim.  Hal. 28-29
[5]Uswatun, Siti. 2007. Berdakwah dengan jalan debat antara muslim dan non muslim.  Hal. 30-31
[6]Uswatun, Siti. 2007. Berdakwah dengan jalan debat antara muslim dan non muslim.  Hal. 32-33
[7]Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), hal. 121
[8]Faruq Nasution, Aplikasi Dakwah dalam Studi Kemasyarakatan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hal. 1-2
[9]Sayyid Qutb, fi dhibah al Quran, (Cairo: Dar al Syuruq, 1399 H/1979 M), Jilid IV, hal. 2202
[10]Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta : Prenada Media hal 75 - 142

0 comments:

Post a Comment